Minggu, 02 Oktober 2011

BAHAN OPINI


KUMPULAN BAHAN OPINI 

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Oleh : SUPA’AT, S.Pd

Sekitar 65 tahun yang lalu Jepang  mengalami kehancuran yang sangat dasyat akibat bom bardir tentara sekutu di kota Hirosima dan Nagasaki. Pada saat itu pertanyaan pertama Bangsa Jepang bukan berapa banyak tentara yang mati terbunuh, atau berapa banyak gedung pemerintah yang hancur, tetapi pertanyaannya adalah “Berapa Banyak guru yang masih hidup di Jepang”
Mengapa pertanyan itu muncul ?, Bangsa  Jepang sadar bahwa Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap maju mundurnya suatu bangsa. Hasilnya Kita sekarang bisa melihat   bagaimana Jepang menjadi sebuah negara maju yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagaimana dengan Bangsa kita ?,   Peran Guru kita?  Sebenarnya peran guru  di Indonesia sudah sangat besar sekali dalam memajukan  bangsa ini , namun sejalan dengan kemajuan IPTEK peran guru perlu dimaksimalkan lagi.
Menurut kajian yang dilakukan oleh Pullias dan Young ( 1988 ), sedikitnya ada 19 peran guru yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Antara  lain  adalah :
Guru sebagai Pendidik, Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan ( di gugu dan ditiru ) oleh peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu  seorang guru  harus memiliki standar kualitas dan kepribadian seperti kecerdasan, kesabaran, rasa tanggung jawab, berwibawa, mandiri, dan disiplin.
Guru sebagai pengajar, Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Sebagai pengajar guru harus mengetahui dan memahami setiap materi yang akan diajarkan. Selain itu seorang pengajar  harus memiliki keterampilan mengajar, seperti  membuat perencanakan pengajaran, membuka pelajaran, keterampilan menggunakan media dan alat peraga, keterampilan bertanya serta  keterampilan memperoleh umpan balik peserta didik.
Guru sebagai pembimbing,  Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan peserta didik, secara fisik, mental maupun emosional berdasarkan pengetahuan dan pengalaman  yang dimilikinya. Sebagai pembimbing guru harus memiliki perencanaan dan  tujuan yang jelas. Dimana dalam mencapai suatu tujuan harus melihat keterlibatan peserta didik serta relevansi dari tujuan yang akan dicapai terhadap  kebutuhan peserta didik .
 Guru sebagai pelatih, Dalam proses pembelajaran diperlukan latihan, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Latihan yang dilakukan selain harus memperhatikan  kompetensi dasar atau materi standar, juga harus memperhatikan perbedaan kecerdasan  individu peserta didik. Dalam hal ini guru dituntut harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal.
Guru sebagai penasehat, menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaaan bagi peserta didiknya. Setiap saat peserta didik selalu dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang berkaitan dengan penguasaan kompetensi. Disisi lain peserta didik adalah sosok yang senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan. Kondisi ini membuat peserta didik menjadi bingung, terombang ambing, bahkan dapat berbuat tidak wajar  yang   akhirnya dapat merugikan  peserta didik itu sendiri. Kondisi seperti inilah dibutuhkan peran guru sebagai penasehat kepercayaan dalam pembelajaran.
Guru sebagai inovator, Peran guru sebagai inovator adalah pembaharu pengetahuan bagi peserta didiknya. Gurulah sebagai penerjemah sekaligus agen pengalaman, agen pengetahuan dan agen perubahan  bagi peserta didik. Sebagai agen guru harus kreatif, rasa ingin tahu yang besar, selalu bersemangat,  pantang menyerah, dan toleran terhadap perubahan
Guru sebagai Model dan teladan, menjadi teladan merupakan bagian penting dari  peran  seorang guru. Sebagai teladan tentu kepribadian dan prilaku guru menjadi  sorotan dan  acuan bagi peserta didik, tentu kita masih ingat pepatah “guru kencing berdiri, peserta didik kencing berlari” Karena kepribadian dan prilaku guru mempengaruhi peserta didik, maka guru seharusnya menjadi model dan teladan terbaik bagi peserta didik  yang dapat mengantarkan peserta didik pada tujuan dan cita-cita  sebenarnya.
Guru sebagai Peneliti, Rasa ingin tahu merupakan salah satu  kebutuhan semua manusia. Menyadari akan  keterbatasannya sebagai manusia, maka guru berusaha untuk  mencari apa yang belum  diketahui. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui penelitian. Hal yang paling sederhana adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas  ( PTK )
Guru  sebagai pendorong kreativitas, Kreativitas   merupakan sifat  penting  yang harus dimiliki oleh seorang guru. kreativitas ini perlu di perkuat dengan kegiatan-kegiatan yang mengarah timbulnya ide atau gagasan  baru yang orisinal, dan karya nyata  dalam proses pembelajaran. Orang yang kreatif selalu fungsional, berguna dan bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan lingkungan disekitarnya.
Guru sebagai pemindah kemah,  Sayidina Ali, pernah berpesan  “ Ajarlah anakmu  sesuai dengan zamannya” ungkapan ini sangat tepat dengan peran guru sebagai pemindah kemah, artinya pengetahuan dan pengalaman yang kita berikan kepada peserta didik disesuaikan dengan tuntutan nyata  sekarang.
            Guru sebagai evaluator, Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi sejauh mana  suatu tujuan telah dapat dicapai, Sebagai evaluator  guru harus memiliki prinsip dan tujuan yang jelas dalam melaksanakan  evaluasi terhadap peserta didik.
            Mudah-mudahan dengan sekian banyaknya  peran guru dalam proses pembelajaran, Bapak /Ibu guru tetap istiqomah dalam menjalankan tugasnya , sehingga akan  dicatat oleh Allah SWT sebagai ladang amal didunia yang dapat dipetik diakhirat kelak. Amin.
































Sabtu, 01 Oktober 2011

ARTIKEL ILMIAH 2


FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
TERHADAP PENGEMBANGAN  MATEMATIKA

SUPA’AT
Kepala SMP Negeri 4 Bantan, Bengkalis

Abstraction
Education Management represent the important matter in carrying out teaching and education at school. One of challenge of education world in our state in this time is lowering human resource nya. Mathematics Domination as base expand it progress sain in Indonesia a long way off from we expect the. Ascription from most student that mathematics is difficult Iesson learned and can only be learned by just bright student can make worse to penguasan of itself mathematics. Its his low quality of education in Indonesia especially at mathematics area, require to be done/conducted by a concrete effort through/ passing education management. Effort which can be done/conducted to cover : Creating certifiable mathematics teacher, Equiping medium and prasarana of mathematics study, Using method learn correct, and also Make the Mathematics as a means of problem billows.
Kata kunci : Education Management and  Mathematics.
I.     PENDAHULUAN
  Manajemen pendidikan  merupakan  hal  penting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Di antara kegiatannya  adalah pengajaran matematika dalam upaya untuk mengembangkan matematika itu sendiri. Matematika merupakan suatu alat untuk berkomunikasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan matematika kita dapat mengungkapkan gejala- gejala alam dan teknik dengan suatu ungkapan rumusan matematika yang tidak memuat makna ganda. Bahkan dengan matematika kita dapat menyelesaikan masalahan ekonomi, sosial, politik dan masalah lain secara  logis, akurat dan optimal.
Salah satu tantangan dunia pendidikan di negara kita saat ini adalah rendahnya sumber daya manusia. Dari tingkat pembangunan manusia tahun 2005, menempatkan Indonesia pada urutan 110,dari  Negara-negara di dunia di bawah Vietnam ( 108 ), Thailand ( 71 ), Malaysia ( 61 ) dan Singapura ( 25 ). Khusus untuk  mata pelajaran Sain dan Matematika menurut TIMSS ( The Third International Matematic and Science Studiy ) tahun 2000 menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 dibawah  Singapura, Malaysia dan Thailand. Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi Pendidikan Matematika di Indonesia masih jauh dari yang  kita harapkan. Anggapan dari sebagian besar siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipelajari dan hanya dapat dipelajari oleh siswa yang pintar saja dapat memperburuk terhadap  penguasan matematika itu sendiri.
Amanat dari PP No 19 Tahun 2005,bahwa kurikulum secara diversikasi oleh satuan pendidikan ( KTSP ) yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan yang disusun oleh BSNP. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang disusun oleh sekolah ( KTSP ) merupakan tantangan besar bagi sekolah. Pengalaman Implementasi kurikulum 2004 menunjukkan bahwa secara umum sekolah tidak mudah untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan kurikulum. Kondisi dilapangan banyaknya variasi dalam pengembangan kurikulum. Dari segi guru rasio jumlah guru terhadap jumlah murid lebih baik dibandingkan beberapa Negara asia, yakni rata-rata ( 1 : 20 ), sedangkan Singapura dan Vietnam ( 1:25 ), Korea ( 1:31 ) dan Philipina ( 1:35 ). Meskipun secara rata-rata jumlah guru banyak, namun penyebarannya belum merata dan kualitasnya juga masih jauh dari yang diharapkan pada masa sekarang. Dari hasil tes menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi guru dibawah 60 untuk rentang skor 1-100, terutama untuk guru Matematika dan sains.
Masih rendahnya Sumber daya manusia Indonesia akibat dari rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terutama pada bidang matematika, perlu dilakukan upaya kongkrit melalui manajemen pendidikan. Bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan yang baik sehingga  pengembangan matematika dapat meningkat ?

II.      PEMBAHASAN
Secara umum, ada empat fungsi manajemen pendidikan yang sering disebut “POAC”, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Dua fungsi yang pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak tercapainya proses yang efektif dan efisien.
1. Fungsi Perencanaan (Planning).
Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksana untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan di lapangan. Dapat pula dikatakan bahwa seorang pemimpin dalam hal ini Kepala Sekolah harus mengetahui secara pasti tujuan jangka pendek atau rencana operasional( Renop ) untuk satu tahun, rencana kerja jangka menengah ( RKJM ) dan rencana kerja  jangka panjang untuk sekolah yang dipimpinnya. Dalam menentukan menentukan perencanaan seorang kepala sekolah beserta jajarannya  harus merinci setiap perencanaan kerja berdasarkan skala prioritas, serta disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Setiap proses pelaksanaan  perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya. Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak berakhir. Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Oleh karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. Ada empat tahapan dalam perencanaan, yaitu: (a). Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan (b).Merumuskan tujuan saat ini. (c).Mengidentifikasikan segala peluang dan hambatan.(d). Mengembangkan rencana untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing).
Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan pendidikan.Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan yang harus dilaksanan agar setiap individu pada organisasi bertanggungjawab dalam melaksanakan setiap kegiatan. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan efisien. Ada beberapa aspek penting dalam proses pengorganisasian, yaitu : a). Bagan organisasi formal, b). Pembagian kerja,  c). Rantai perintah atau kesatuan perintah, dan d). Tingkat-tingkat hiraki manajemen. Sedangkan proses pengorganisasian terdiri dari tiga tahap, yaitu : (a). Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap individu dalam mencapai tujuan organisasi, (b). Pembagian beban pekerjaan menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan oleh setiap individu. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu. (c). Pengadaan dan mengembangan mekanisme kerja sehingga ada koordinasi pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi memahami tujuan organisasi serta mempermudah pelaksanaan individu dalam melaksanakan tugas.
3. Fungsi Pengarahan (Actuating).     
                        Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ( Actuating ) ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan dalam melakukan pengarahan yaitu : a). Prinsip mengarah kepada tujuan. b). Prinsip keharmonisan dengan tujuan. c). Prinsip kesatuan komando. Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari ketentuan yang telah disepakati. Cara-cara pengarahan yang dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh Dalimunthe (http://repository.usu.ac.id/bitstream/manajemen- pdf.dowload 1 Juni 2011) dapat berupa: a). Orientasi. Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik,b). Perintah. Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu.c). Delegasi wewenang. Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahannya.
4. Fungsi Pengawasan(Controlling)
Pengawasan atau Controlling, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula. Controlling (pengawasan) ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai rencana yang ditetapkan. Menurut Subagio dalam (http://subagio.blogspot.com/2011/06/fungsi-fungsi-manajemen-pendidikan.html.download tanggal 1 Juni 2011) Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah ditetapkan itu, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya  yang digunakan dapat digunakan dengan efisien dan efektif Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan perbaikan apabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan.
Dengan demikian kegiatan pengawasan mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana. Diantara beberapa fungsi manajemen, perencanaan dan pengawasan (controlling) mempunyai peran yang sangat penting dalam fungsi perencanaan menetapkan tentang apa yang harus dicapai pada periode tertentu, sedangkan dalam pengawasan berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau sebaliknya, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan (corretive action). Oleh karena itu betapa eratnya hubungan antara perencanaan dan pengawasan. Dalam perencanaan aktivitas organisasi, tujuan utama dan sasaran serta metode untuk mencapainya ditetapkan dengan jelas. Dalam pengawasan  mengukur kemajuan kearah tujuan tersebut dan memungkinkan pimpinan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan sebelum penyimpangan menjadi lebih jauh. Pada sisi lain pengawasan sering berkonotasi tidak menyenangkan, karena dianggap mengecam kebebasan dan otonomi pribadi, padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreativitas dan sebagainya yang akhirnya merugikan organisasi sendiri, sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan.
Dalam proses pengawasan lebih banyak meliputi tindakan mencari sumber kesulitan dan mengoreksinya. Oleh sebab itu, tujuan fungsi control antara lain adalah : 1). Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan, (2). Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau ditetapkan. 3). Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan datang, sedang atau mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan, 4). Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya, dan 5). Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan
Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan control dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan dengan tindakan control sesudah terjadi penyimpangan (representative control).
Melalui penerapan empat fungsi manajemen secara baik dapat dilakukan pengembangan mutu pendidikan terutama untuk pengembangan matematika. Langkah langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan matematika adalah:
1.    Menciptakan guru matematika yang bermutu.
            Mutu guru terkait erat dengan penilaian masyarakat terhadap profesi guru. Selama ini tidak banyak lulusan SLTA yang cerdas mau menjadi guru apalagi menjadi guru matematika. Karena pofesi ini kurang menarik bagi mereka. Undang-Undang Guru dan Dosen sebagai salah satu kebijakan yang dapat menarik minat lulusan SLTA yang cerdas untuk menjadi guru. Satu hal yang paling penting adalah peningatan kesejahteraan guru. Sejanjutnya peningkatan mutu guru matematika dapat dilakukan melalui pelatihan yang terpadu, baik melalui KKG/MGMP maupun pelatihan yang lainya
2.    Melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran matematika.
            Pengembangan matematika tidak akan berjalan dengan baik  tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Pola pemikiran deduktif yang ada pada  matematika akan lebih mudah dikembangkan apabila didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
3.    Menggunakan metode belajar yang tepat.
            Metode mengajar merupakan suatu komponen di dalam kurikulum matematika. Dalam proses belajar, mengukutsertakan siswa secara aktif dapat berjalan dengan efektif apabila materi yang disampaikan sesuai dengan kesiapan mental siswa ( Herman, 1979:125)
4.    Menjadikan Matematika sebagai alat pemecahan masalah.          
   Matematika dalam berbagai hal dapat membantu penyelesaian masalah. Namun secara instan kegunaan matematika masih banyak dipertanyakan, walaupun dalam pengambilan keputusan yang strategis, pemikiran logis, serta berbagai efisiensi bagi sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Meskipun opini masyarakat mengatakan bahwa matematika itu sulit, kontribusi matematika dalam menghadapi tantangan ke depan perlu diperhatikan. Secara umum, matematika berperan dalam pengembangan sumber daya manusia, dan  untuk mengoptimalkan SDM perlu adanya manajemen sumber daya manusia.

III.   KESIMPULAN
Secara umum, ada empat fungsi manajemen pendidikan yang sering disebut “POAC”, yaitu Planning( Perencanaan), Organizing( Pengorganisasian), Actuating ( Pengarahan ) , dan Controlling ( Pengawasan ). Penerapan manajemen pendidikan yang baik dapat  meningkatkan  mutu pendidikan disekolah terutama untuk pengembangan matematika. Langkah langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan matematika adalah:
1.    Menciptakan guru matematika yang bermutu.
2.    Melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran matematika.
3.    Menggunakan metode belajar yang tepat.
4.    Menjadikan matematika sebagai alat pemecahan masalah
IV.    SARAN
Diharapkan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pemerintah dan juga siswa dapat menjalankan fungsi manajemen dengan baik dalam upaya mengembangkan matematika di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Faizah, Hasnah.2009. Filsafat Ilmu.Cendikia Insani: Pekanbaru
____________.2011. Menulis Karangan Ilmiah. Cendikia Insani: Pekanbaru.
Hudoyo, Herman.1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas.Usaha Nasional: Surabaya
Suriasumantri,Jujun. 1999. Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta
Dirjendikdasmen.2009. Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta


ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP MOTIVASI GURU
DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
SUPA’AT
Kepala SMP Negeri 4 Bantan, Bengkalis
Abstrak
Keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugasnya dapat ditinjau dari segi  proses dan segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan  mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik kearah penguasaan kompetensi  dasar yang lebih baik. Keberhasilan dari segi proses maupun dari segi hasil yang diperoleh oleh guru tidak terlepas dari kemampuan dan motivasi guru dalam menyusun  perencanaann, maupun pelaksanaan dikelas.
Selama ini motivasi guru di SMP Negeri 4 Bantan dalam membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) masih kurang. Dari jumlah  guru yang ada,  persentase  guru yang membuat RPPbaru sekitar 41,2% . Rendahnya motivasi guru dalam membuat RPP  salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemantauan langsung terhadap pelaksanaan pengajaran ( supervisi akademis)
Untuk mengatasi hal ini kepala sekolah melakukan tindakan supervisi terhadap proses pelaksanan pengajara.  Hasilnya setelah dilakukan tindakan selama 2 siklus  persentase  jumlah guru yang membuat RPP  sebesar 80,8%  atau meningkat sebesar   51 % dari sebelum tindakan.
Kata Kunci : Supervisi akademik, motivasi guru dan rencana pelaksanaan pengajaran
I.     PENDAHULUAN
Salah satu tantangan dunia pendidikan di negara kita saat ini adalah rendahnya sumber daya manusia. Dari tingkat pembangunan manusia tahun 2005, menempatkan Indonesia pada urutan 110,dari  Negara-negara di dunia di bawah Vietnam ( 108 ), Thailand ( 71 ), Malaysia ( 61 ) dan Singapura ( 25 ). Khusus untuk  mata pelajaran Sain dan Matematika menurut TIMSS ( The Third International Matematic and Science Studiy ) tahun 2000 menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 dibawah  Singapura, Malaysia dan Thailand. Amanat dari PP No 19 Tahun 2005,bahwa kurikulum secara diversikasi oleh satuan pendidikan ( KTSP ) yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan yang disusun oleh BSNP. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang disusun oleh sekolah ( KTSP ) merupakan tantangan besar bagi sekolah. Pengalaman Implementasi kurikulum 2004 menunjukkan bahwa secara umum sekolah tidak mudah untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan kurikulum. Kondisi dilapangan banyaknya variasi dalam pengembangan kurikulum. Dari segi guru rasio jumlah guru terhadap jumlah murid lebih baik dibandingkan beberapa Negara asia, yakni rata-rata ( 1 : 20 ), sedangkan Singapura dan Vietnam ( 1:25 ), Korea ( 1:31 ) dan Philipina ( 1:35 ). Meskipun secara rata-rata jumlah guru banyak, namun motivasi guru untuk bekerja secara  profesional belum dapat mengimbangi  perkembangan dunia  dewasa ini
Kurangnya mendapat penghargaan baik dari segi penghasilan maupun dari segi  starata sosial yang akhirnya dapat mengurangi semangat atau motivasi guru dalam menjalankan tugasnya disekolah. Keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugasnya dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi  proses dan segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan  mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik kearah penguasaan kompetensi  dasar yang lebih baik. Keberhasilan dari segi proses maupun dari segi hasil yang diperoleh oleh guru tidak terlepas dari kemampuan dan motivasi guru dalam menyusun  program perencanaan, maupun pelaksanaan dikelas.
Menurut (Maslow dalam Uno) motivasi seseorang akan timbul salah satunya disebabkan adanya penghargaan dari orang lain. Sedangkan motivasi itu sendiri menurut Clark (1988) dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan,perasaan dan emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Kegiatan workshop, MGMP dan pertemuan–pertemuan rutin yang dilakukan oleh guru untuk membahas cara membuat program pengajaran, khususnya membuat RPP belum sepenuhnya dapat memotivasi guru untuk membuat RPP, Kenyataannya di SMP Negeri 4 Bantan memiliki 17  orang guru, terdiri 13 orang guru PNS dan 4 orang guru honor. Dari 17 orang guru tersebut, sewaktu mengajar  sebagian besarnya belum membuat atau menggunakan  rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP )  secara  baik. Jumlah  guru yang membuat rencana pelaksanaan pengajaran RPP ada 7 orang ( 41, 22 %), dan jumah rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) sampai akhir tahun pelajaran  sebanyak 115 buah ( 29,8%).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk  meningkatkan motivasi guru dalam membuat   rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) adalah melalui  supervisi akademik. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi  guru dalam membuat rencana pelaksanaan pengajaran           ( RPP )  melalui supervisi akademis
II.  PEMBAHASAN.
Motivasi merupakan kemauan (willingness) untuk mengerjakan sesuatu (Robbins dalam Uno). Kemauan tersebut tampak pada usaha seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan lebih keras berusaha daripada seseorang yang memiliki motivasi rendah. Tetapi motivasi bukanlah perilaku. Ia merupakan proses internal yang kompleks (Huse dan Bowditch dalam Uno ) yang tidak bisa diamati secara langsung, melainkan bisa dipahami melalui kerasnya usaha seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Motivasi merupakan bagian dalam (innerstate) pribadi seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu dengan cara tertentu ( Ceto dalam Uno ). Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi guru adalah kemauan guru untuk mengerjakan tugas-tugasnya .Hal demikian ini juga ditegaskan oleh ( Hoy dan Miskel Uno ). Motivasi seorang guru bisa tinggi bisa rendah. Tinggi rendahnya motivasi kerja seorang guru sangat mempengaruhi performansinya dalam mengerjakan tugas-tugasnya
            Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, dalam Suliyan ). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, dalam Suliyan ). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru,
Keberhasilan dalam menyampaikan materi pelajaran  tidak terlepas dari kemampuan dan motivasi guru dalam menyusun  rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ). Untuk mengembangkan proses pembelajaran yang baik, perlu dilakukan  supervisi akademik. (Neagley, dalam Suliyan). Lokasi penelitian tindakan sekolah ini adalah SMP Negeri 4 Bantan, Sebagai Subyek penelitiannya adalah guru di SMP Negeri 4 Bantan .
Deskripsi perencanaan tindakan
Melihat dari masalah yang tercantum pada permasalahan ini, deskripsi perencanaan tindakan yang dilaksanakan  adalah :
1.        Mengadakan pertemuan sesama  guru  untuk membahas cara membuat program pengajaran yang dipandu oleh seorang guru senior / wakil urusan kurikulum yang dilaksanakan pada awal tahun pelajaran.
2.        Mengidentifikasi jumlah RPP yang idiel harus dibuat oleh guru.
3.        Melaksanakan supervisi kedalam kelas oleh kepala sekolah atau dibantu oleh wakil kuriklum.
4.        Memberikan surat keterangan di akhir semester kepada guru yang sudah membuat rencana pelaksanaan  pengajaran. Bagi guru yang belum siap menyelesaikan program pengajarannya belum diberikan surat keterangannya sampai yang bersangkutan menyelesaikan rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ).
Tahapan Operasional 
1.        Semua guru dibimbing dan diarahkan  untuk membuat program pengajaran yang meliputi program tahunan, program semester, silabus, RPP
2.        Membuat jadwal supervisi akademik terhadap semua guru yang mengajar dikelas.
3.        Melaksanakan supervisi terhadap pelaksanaan pengajaran dikelas secara rutin, serta memeriksa rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP )  terhadap guru yang disupervisi.
4.        Mengadakan konsultasi pembinaan terhadap  guru yang telah disupervisi untuk penyempurnaan pengajaran.
Pelaksanaan Tindakan
 Pelaksanaan tindakan dilakukan melalui dua siklus, dan masing masing siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahapan kegiatan pada siklus I adalah : Perencanaan, setelah peneliti mengamati masih rendahnya motivasi guru dalam membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) sewaktu mau mengajar dikelas, maka peneliti membuat suatu perencanaan dalam bentuk supervisi akademis. Selama proses perencanaan peneliti melakukan beberapa tindakan, yaitu :
1.        Mengadakan rapat majlis guru yang membahas masalah tentang  , masih rendahnya persentase guru yang membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ), serta program yang akan dilakukan oleh peneliti tentang supervisi dikelas
2.        Semua guru dibimbing dalam membuat program pengajaran dengan berpedoman pada kalender pendidikan dan standar isi
3.        Melalui rapat majlis guru, peneliti  menyampaikan aspek-aspek yang akan diamati selama proses supervisi dan mengecek  kesiapan masing-masing guru untuk dilakukan supervisi.
4.        Peneliti membuat jadwal supervisi berdasarkan kesepakatan dari semua guru yang  akan disupervisi.
5.        Pelaksanaan supervisi  siklus I dilakukan pada bulan September  2010 untuk 8 orang guru. Sedangkan untuk guru yang belum disupervisi, dilakukan pemeriksaan terhadap rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang disusun oleh  masing –masing guru
Langkah selanjutnya setelah  perencanaan, adalah pelaksanaan supervisi akademis. Bersama dengan guru peneliti masuk kelas sesuai dengan jadwal yang telah disepakati untuk mengamati proses pengajaran. Selain mengamati proses pengajaran, peneliti juga memeriksa rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah dibuat oleh guru. Setelah selesai proses pengajaran, peneliti mengajak  guru yang disupervisi  untuk membahas tentang pelaksanaan pengajaran yang sudah dikalukan.  
Observasi, Setelah dikalukan supervisi untuk 8 orang guru, peneliti melakukan observasi terhadap hasil pelaksanaan supervisi. Sedangkan untuk guru yang belum disupervisi , dilakukan observasi terhadap rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah disusunnya. Dari 17 orang guru, ada 10 orang guru yang belum membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) sewaktu mengajar.  Sedangkan banyaknya rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah disusun 100 buah dari 386 buah rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang harus disusun  pada semester I tahun pelajaran 2010/2011
  Refleksi, Pada rapat majlis guru pada akhir  bulan September, peneliti menyampaikan kondisi dari hasil observasi terhadap pelakanaan supervisi yang telah dilakukan. Masing-masing guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan permasalahan permasalahan sehubungan dengan pelaksanaan supervisi. Dari tanggapan guru, masih sedikitnya rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang  telah disusun, disebabkan oleh pengaruh waktu, dan  keterbatasan kemampuan untuk  menulis dengan komputer. Selain itu guru juga belum terbiasa   disupervisi, dan pelaksanaan supervisi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari.
Hasil refleksi dari siklus I dijadikan acuan untuk penyusunan perencanaan pada siklus II. Perencanaan pada siklus II adalah :
1.        Guru yang akan disupervisi terlebih dahulu dibimbing dan ditanyakan kesiapannya untuk disupervisi
2.        Pelaksanaan supervisi  siklus II dilakukan pada bulan Oktober  2010 untuk 8 orang guru. Sedangkan untuk guru yang tidak disupervisi pada siklus II, di  periksa masing-masing rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah disusunnya
3.        Pelaksanaan Seperti  pada siklus I, pelaksanaan supervisi dilakukan oleh peneliti. Bersama  guru peneliti masuk kelas sesuai dengan jadwal yang telah disepakati untuk mengamati proses pengajaran. Selain mengamati proses pengajaran, peneliti juga memeriksa rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah dibuat oleh guru yang disupervisi. Setelah selesai proses pengajaran, peneliti mengajak  guru yang disupervisi  untuk membahas tentang pelaksanaan pengajaran yang sudah dikalukan.  
4.        Observasi Setelah dikalukan supervisi untuk 8 orang guru, peneliti melakukan observasi terhadap hasil pelaksanaan supervisi, dan observasi terhadap rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah disusunnya. Dari 17 orang guru, hanya 1 orang yang belum  memiliki rencana  pengajaran sewaktu mengajar.  Sedangkan jumlah rencana  pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah disusun untuk satu semester sudah mencapai 312 buah ( 80,8%).
5.  Refleksi Pada rapat majlis guru pada pertengahan  bulan Oktober , peneliti menyampaikan kondisi dari hasil observasi terhadap pelakanaan supervisi yang telah dilakukan. Masing-masing guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan permasalahan permasalahan sehubungan dengan pelaksanaan supervisi. Adanya RPP yang belum dibuat oleh guru akan disiapkan semuanya sampai awal November 2010 ( sebelum pelaksanaan ujian  semester )
Setelah dilakukan supervisi terhadap guru selama  dua siklus, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1.      Guru dapat menyelesaikan tugas pokoknya dengan baik. Apa yang dilakukan didalam kelas telah direncanakan RPP. Sehingga berdampak positif terhadap ketuntasan belajar , target pencapaian  kurikulum dan mutu pendidikan.
2.      Guru termotivasi untuk membuat rencana pelaksanaan pengajaran, karena apa yang dikerjakan diperhatikan dan dihargai oleh orang lain. Hal ini dapat dilihat dari  perbandingan jumlah guru yang membuat  RPP, sebelum dan sesudah dilakukan supervisi . Perbandingan jumlah guru maupun jumlah RPP yang telah dibuat sebelum dan sesudah dilakukan supervisi  dapat dilihat pada tabel berikut :




Tabel perbandingan jumlah guru dan jumlah RPP sebelum dan sesudah supervisi:

Guru yang membuat RPP
RPP Yang telah dibuat
Jumlah
( orang )
Persentase
( % )
Jumlah
( RPP )
Persentase
( % )
Sebelum dilakukan supervisi
7
41,2
115
29,8
Setelah dilakukan supervisi
16
94,1
312
80,8
            Sesuai dengan salah satu tujuan dari supervisi yaitu bertujuan untuk meningkatkan  kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru dalam mengajar, dan menyiapkan perangkat mengajar dalam hal ini RPP,maka dari tabel diatas terlihat perbandingan jumlah guru yang membuat RPP sebelum dan sesudah supervisi.
 Jika dipersentasekan  jumlah guru yang membuat RPP  secara keseluruhan sebelum dilakukan supervisi 41,2% , sedangkan jumlah guru RPP setelah dilakukan supervisi  94,1%.  Terjadi kenaikan persentase guru yang membuat RPP sebesar 52%. Sedangkan  persentase jumlah  RPP yang telah dibuat oleh guru sebelum dilakukan supervisi untuk 1 ( satu semester )  adalah 29,8% dan setelah dilakukan supervisi 80,8%. Terjadi kenaikan persentase jumlah RPP sebesar 51%.
III. SESIMPULAN
Setelah dilakukan supervisi akademis , guru memiliki motivasi untuk membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) dalam mengajar.Hal ini dapat dilihat dari perbandingan persentase jumlah guru yang membuat RPP maupun jumlah RPP yang telah dibuat  sebelum dan sesudah dilakukan supervisi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjendikdasmen.2009. Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta
Mulyasa, 2010,.Menjadi Guru Profesional, Bandung, Rosda
Permen Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses Pelaksanaan Pembelajaran, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional.
Rooijakkers, 1991, Mengajar dengan Sukses, Jakarta,Gramedia
Sullivan, S & Glanz, J. 2005. Supervision that Improves Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks, California: Corwin Press.      
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional.
Uno, B, Hamzah, 2010,Teori Motivasi dan Pengukurannya,Jakarta , Bumi Aksara,
Wiles, J. dan J. Bondi. 1986. Supervision: A Guide to Practice . Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company