supaat
Sabtu, 22 Oktober 2011
DATA PROFIL GURU SMP NEGERI 4 BANTAN
Klik disini
DATA PROFIL GURU SMP NEGERI 4 BANTANhttp://www.4shared.com/file/eKHWF6dB/PROFIL_DATA_GURU_SMP_NEGERI__4.html
DATA PROFIL GURU SMP NEGERI 4 BANTANhttp://www.4shared.com/file/eKHWF6dB/PROFIL_DATA_GURU_SMP_NEGERI__4.html
Minggu, 02 Oktober 2011
BAHAN OPINI
KUMPULAN BAHAN OPINI
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Oleh : SUPA’AT, S.Pd
Sekitar 65 tahun yang lalu Jepang mengalami kehancuran yang sangat dasyat
akibat bom bardir tentara sekutu di kota Hirosima dan Nagasaki. Pada saat itu
pertanyaan pertama Bangsa Jepang bukan berapa banyak tentara yang mati
terbunuh, atau berapa banyak gedung pemerintah yang hancur, tetapi
pertanyaannya adalah “Berapa Banyak guru yang masih hidup di Jepang”
Mengapa pertanyan itu muncul ?, Bangsa Jepang sadar bahwa Guru memiliki peran yang
sangat besar terhadap maju mundurnya suatu bangsa. Hasilnya Kita sekarang bisa melihat
bagaimana Jepang menjadi sebuah negara
maju yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagaimana dengan Bangsa kita ?, Peran Guru kita? Sebenarnya peran guru di Indonesia sudah sangat besar sekali dalam
memajukan bangsa ini , namun sejalan
dengan kemajuan IPTEK peran guru perlu dimaksimalkan lagi.
Menurut kajian yang dilakukan oleh Pullias dan
Young ( 1988 ), sedikitnya ada 19 peran guru yang harus dilaksanakan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Antara lain adalah :
Guru sebagai Pendidik, Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh,
panutan ( di gugu dan ditiru ) oleh peserta didik dan lingkungannya. Oleh
karena itu seorang guru harus memiliki standar kualitas dan
kepribadian seperti kecerdasan, kesabaran, rasa tanggung jawab, berwibawa,
mandiri, dan disiplin.
Guru sebagai pengajar, Mengajar berarti menyampaikan atau
menularkan pengetahuan dan pandangan. Sebagai pengajar guru harus mengetahui
dan memahami setiap materi yang akan diajarkan. Selain itu seorang
pengajar harus memiliki keterampilan mengajar,
seperti membuat perencanakan pengajaran,
membuka pelajaran, keterampilan menggunakan media dan alat peraga, keterampilan
bertanya serta keterampilan memperoleh
umpan balik peserta didik.
Guru sebagai pembimbing,
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan peserta didik,
secara fisik, mental maupun emosional berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya. Sebagai
pembimbing guru harus memiliki perencanaan dan tujuan yang jelas. Dimana dalam mencapai suatu
tujuan harus melihat keterlibatan peserta didik serta relevansi dari tujuan
yang akan dicapai terhadap kebutuhan
peserta didik .
Guru sebagai pelatih, Dalam proses pembelajaran diperlukan
latihan, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Latihan yang
dilakukan selain harus memperhatikan
kompetensi dasar atau materi standar, juga harus memperhatikan perbedaan
kecerdasan individu peserta didik. Dalam
hal ini guru dituntut harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal.
Guru sebagai penasehat, menjadi guru berarti menjadi penasehat
dan menjadi orang kepercayaaan bagi peserta didiknya. Setiap saat peserta didik
selalu dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang berkaitan dengan
penguasaan kompetensi. Disisi lain peserta didik adalah sosok yang senantiasa
berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan. Kondisi ini membuat
peserta didik menjadi bingung, terombang ambing, bahkan dapat berbuat tidak
wajar yang akhirnya dapat merugikan peserta didik itu sendiri. Kondisi seperti
inilah dibutuhkan peran guru sebagai penasehat kepercayaan dalam pembelajaran.
Guru sebagai inovator, Peran guru sebagai inovator adalah
pembaharu pengetahuan bagi peserta didiknya. Gurulah sebagai penerjemah sekaligus
agen pengalaman, agen pengetahuan dan agen perubahan bagi peserta didik. Sebagai agen guru harus
kreatif, rasa ingin tahu yang besar, selalu bersemangat, pantang menyerah, dan toleran terhadap perubahan
Guru sebagai Model dan teladan, menjadi teladan merupakan bagian penting
dari peran seorang guru. Sebagai teladan tentu
kepribadian dan prilaku guru menjadi
sorotan dan acuan bagi peserta
didik, tentu kita masih ingat pepatah “guru
kencing berdiri, peserta didik kencing berlari” Karena kepribadian dan
prilaku guru mempengaruhi peserta didik, maka guru seharusnya menjadi model dan
teladan terbaik bagi peserta didik yang
dapat mengantarkan peserta didik pada tujuan dan cita-cita sebenarnya.
Guru sebagai Peneliti, Rasa ingin tahu merupakan salah satu kebutuhan semua manusia. Menyadari akan keterbatasannya sebagai manusia, maka guru
berusaha untuk mencari apa yang
belum diketahui. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah melalui penelitian. Hal yang paling sederhana adalah
melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK
)
Guru
sebagai pendorong kreativitas, Kreativitas
merupakan sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang guru.
kreativitas ini perlu di perkuat dengan kegiatan-kegiatan yang mengarah
timbulnya ide atau gagasan baru yang
orisinal, dan karya nyata dalam proses
pembelajaran. Orang yang kreatif selalu fungsional, berguna dan bermanfaat bagi
dirinya, orang lain dan lingkungan disekitarnya.
Guru sebagai pemindah kemah,
Sayidina Ali, pernah berpesan “
Ajarlah anakmu sesuai dengan zamannya”
ungkapan ini sangat tepat dengan peran guru sebagai pemindah kemah, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang kita berikan kepada peserta didik disesuaikan
dengan tuntutan nyata sekarang.
Guru sebagai evaluator, Evaluasi
merupakan proses yang menentukan kondisi sejauh mana suatu tujuan telah dapat dicapai, Sebagai
evaluator guru harus memiliki prinsip
dan tujuan yang jelas dalam melaksanakan evaluasi terhadap peserta didik.
Mudah-mudahan dengan sekian
banyaknya peran guru dalam proses
pembelajaran, Bapak /Ibu guru tetap istiqomah dalam menjalankan tugasnya ,
sehingga akan dicatat oleh Allah SWT
sebagai ladang amal didunia yang dapat dipetik diakhirat kelak. Amin.
Sabtu, 01 Oktober 2011
ARTIKEL ILMIAH 2
FUNGSI
MANAJEMEN PENDIDIKAN
TERHADAP
PENGEMBANGAN MATEMATIKA
SUPA’AT
Kepala
SMP Negeri 4 Bantan, Bengkalis
Email
: supangat98@yahoo.co.id
Abstraction
Education
Management represent the important matter in carrying out teaching and
education at school. One of challenge of education world in our state in this
time is lowering human resource nya. Mathematics Domination as base expand it
progress sain in Indonesia a long way off from we expect the. Ascription from
most student that mathematics is difficult Iesson learned and can only be
learned by just bright student can make worse to penguasan of itself
mathematics. Its his low quality of education in Indonesia especially at
mathematics area, require to be done/conducted by a concrete effort through/
passing education management. Effort which can be done/conducted to cover :
Creating certifiable mathematics teacher, Equiping medium and prasarana of
mathematics study, Using method learn correct, and also Make the Mathematics as
a means of problem billows.
Kata kunci : Education Management and Mathematics.
I.
PENDAHULUAN
Manajemen
pendidikan merupakan hal
penting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Di
antara kegiatannya adalah pengajaran matematika
dalam upaya untuk mengembangkan matematika itu sendiri. Matematika merupakan
suatu alat untuk berkomunikasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
matematika kita dapat mengungkapkan gejala- gejala alam dan teknik dengan suatu
ungkapan rumusan matematika yang tidak memuat makna ganda. Bahkan dengan
matematika kita dapat menyelesaikan masalahan ekonomi, sosial, politik dan
masalah lain secara logis, akurat dan
optimal.
Salah satu tantangan dunia pendidikan di
negara kita saat ini adalah rendahnya sumber daya manusia. Dari tingkat
pembangunan manusia tahun 2005, menempatkan Indonesia pada urutan 110,dari Negara-negara di dunia di bawah Vietnam ( 108
), Thailand ( 71 ), Malaysia ( 61 ) dan Singapura ( 25 ). Khusus untuk mata pelajaran Sain dan Matematika menurut
TIMSS ( The Third International Matematic and Science Studiy ) tahun
2000 menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Data
tersebut menunjukkan bahwa kondisi Pendidikan Matematika di Indonesia masih
jauh dari yang kita harapkan. Anggapan
dari sebagian besar siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit
dipelajari dan hanya dapat dipelajari oleh siswa yang pintar saja dapat
memperburuk terhadap penguasan
matematika itu sendiri.
Amanat dari PP No 19 Tahun 2005,bahwa
kurikulum secara diversikasi oleh satuan pendidikan ( KTSP ) yang mengacu pada
delapan standar nasional pendidikan yang disusun oleh BSNP. Pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum yang disusun oleh sekolah ( KTSP ) merupakan tantangan
besar bagi sekolah. Pengalaman Implementasi kurikulum 2004 menunjukkan bahwa
secara umum sekolah tidak mudah untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan
kurikulum. Kondisi dilapangan banyaknya variasi dalam pengembangan kurikulum.
Dari segi guru rasio jumlah guru terhadap jumlah murid lebih baik dibandingkan
beberapa Negara asia, yakni rata-rata ( 1 : 20 ), sedangkan Singapura dan
Vietnam ( 1:25 ), Korea ( 1:31 ) dan Philipina ( 1:35 ). Meskipun secara
rata-rata jumlah guru banyak, namun penyebarannya belum merata dan kualitasnya
juga masih jauh dari yang diharapkan pada masa sekarang. Dari hasil tes
menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi guru dibawah 60 untuk rentang skor
1-100, terutama untuk guru Matematika dan sains.
Masih rendahnya Sumber daya manusia
Indonesia akibat dari rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terutama pada
bidang matematika, perlu dilakukan upaya kongkrit melalui manajemen pendidikan.
Bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan yang baik sehingga pengembangan matematika dapat meningkat ?
II.
PEMBAHASAN
Secara
umum, ada empat fungsi manajemen pendidikan yang sering disebut “POAC”, yaitu Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling. Dua fungsi yang pertama
dikategorikan sebagai kegiatan mental sedangkan dua berikutnya dikategorikan
sebagai kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat
fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu fungsi
manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan
tidak tercapainya proses yang efektif dan efisien.
1. Fungsi Perencanaan
(Planning).
Perencanaan
menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksana untuk dilaksanakan. Dengan
demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan
tindak dalam pelaksanaan di lapangan. Dapat pula dikatakan bahwa seorang
pemimpin dalam hal ini Kepala Sekolah harus mengetahui secara pasti tujuan jangka
pendek atau rencana operasional( Renop ) untuk satu tahun, rencana kerja jangka
menengah ( RKJM ) dan rencana kerja jangka
panjang untuk sekolah yang dipimpinnya. Dalam menentukan menentukan perencanaan
seorang kepala sekolah beserta jajarannya
harus merinci setiap perencanaan kerja berdasarkan skala prioritas,
serta disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Setiap proses
pelaksanaan perlu diadakan evaluasi
untuk menyempurnakan langkah selanjutnya. Perencanaan merupakan suatu proses
yang tidak berakhir. Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan,
rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Oleh karena
itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. Ada empat
tahapan dalam perencanaan, yaitu: (a). Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
(b).Merumuskan tujuan saat ini. (c).Mengidentifikasikan segala peluang dan hambatan.(d).
Mengembangkan rencana untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
2. Fungsi
Pengorganisasian (Organizing).
Fungsi
pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia
(SDM) dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan untuk
menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan
pendidikan.Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi
yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya. Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan
yang harus dilaksanan agar setiap individu pada organisasi bertanggungjawab
dalam melaksanakan setiap kegiatan. Pengorganisasian merupakan suatu proses
untuk merancang struktur formal mengelompokan dan mengatur serta membagi
tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan yang
diharapkan dapat dicapai dengan efisien. Ada beberapa aspek penting dalam
proses pengorganisasian, yaitu : a). Bagan organisasi formal, b). Pembagian
kerja, c). Rantai perintah atau kesatuan
perintah, dan d). Tingkat-tingkat hiraki manajemen. Sedangkan proses
pengorganisasian terdiri dari tiga tahap, yaitu : (a). Perincian seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap individu dalam mencapai tujuan
organisasi, (b). Pembagian beban pekerjaan menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logika dapat dilaksanakan oleh setiap individu. Pembagian kerja
sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu
ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang
tidak perlu. (c). Pengadaan dan mengembangan mekanisme kerja sehingga ada
koordinasi pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi
memahami tujuan organisasi serta mempermudah pelaksanaan individu dalam
melaksanakan tugas.
3.
Fungsi Pengarahan (Actuating).
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ( Actuating ) ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan dalam melakukan pengarahan yaitu : a). Prinsip mengarah kepada tujuan. b). Prinsip keharmonisan dengan tujuan. c). Prinsip kesatuan komando. Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari ketentuan yang telah disepakati. Cara-cara pengarahan yang dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh Dalimunthe (http://repository.usu.ac.id/bitstream/manajemen- pdf.dowload 1 Juni 2011) dapat berupa: a). Orientasi. Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik,b). Perintah. Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu.c). Delegasi wewenang. Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahannya.
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ( Actuating ) ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan dalam melakukan pengarahan yaitu : a). Prinsip mengarah kepada tujuan. b). Prinsip keharmonisan dengan tujuan. c). Prinsip kesatuan komando. Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari ketentuan yang telah disepakati. Cara-cara pengarahan yang dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh Dalimunthe (http://repository.usu.ac.id/bitstream/manajemen- pdf.dowload 1 Juni 2011) dapat berupa: a). Orientasi. Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik,b). Perintah. Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu.c). Delegasi wewenang. Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahannya.
4.
Fungsi Pengawasan(Controlling)
Pengawasan atau Controlling, sering juga disebut
pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud dan tujuan yang telah digariskan semula. Controlling (pengawasan) ialah
proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai rencana
yang ditetapkan. Menurut Subagio dalam (http://subagio.blogspot.com/2011/06/fungsi-fungsi-manajemen-pendidikan.html.download
tanggal 1 Juni 2011) Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan
balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah
ditetapkan itu, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang digunakan dapat digunakan dengan efisien
dan efektif Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pengawasan
dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan
atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan perbaikan apabila
penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan.
Dengan demikian kegiatan pengawasan mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana. Diantara beberapa fungsi manajemen, perencanaan dan pengawasan (controlling) mempunyai peran yang sangat penting dalam fungsi perencanaan menetapkan tentang apa yang harus dicapai pada periode tertentu, sedangkan dalam pengawasan berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau sebaliknya, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan (corretive action). Oleh karena itu betapa eratnya hubungan antara perencanaan dan pengawasan. Dalam perencanaan aktivitas organisasi, tujuan utama dan sasaran serta metode untuk mencapainya ditetapkan dengan jelas. Dalam pengawasan mengukur kemajuan kearah tujuan tersebut dan memungkinkan pimpinan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan sebelum penyimpangan menjadi lebih jauh. Pada sisi lain pengawasan sering berkonotasi tidak menyenangkan, karena dianggap mengecam kebebasan dan otonomi pribadi, padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreativitas dan sebagainya yang akhirnya merugikan organisasi sendiri, sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan.
Dalam proses pengawasan lebih banyak meliputi tindakan mencari sumber kesulitan dan mengoreksinya. Oleh sebab itu, tujuan fungsi control antara lain adalah : 1). Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan, (2). Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau ditetapkan. 3). Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan datang, sedang atau mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan, 4). Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya, dan 5). Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan
Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan control dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan dengan tindakan control sesudah terjadi penyimpangan (representative control). Melalui penerapan empat fungsi manajemen secara baik dapat dilakukan pengembangan mutu pendidikan terutama untuk pengembangan matematika. Langkah langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan matematika adalah:
Dengan demikian kegiatan pengawasan mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana. Diantara beberapa fungsi manajemen, perencanaan dan pengawasan (controlling) mempunyai peran yang sangat penting dalam fungsi perencanaan menetapkan tentang apa yang harus dicapai pada periode tertentu, sedangkan dalam pengawasan berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau sebaliknya, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan (corretive action). Oleh karena itu betapa eratnya hubungan antara perencanaan dan pengawasan. Dalam perencanaan aktivitas organisasi, tujuan utama dan sasaran serta metode untuk mencapainya ditetapkan dengan jelas. Dalam pengawasan mengukur kemajuan kearah tujuan tersebut dan memungkinkan pimpinan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan sebelum penyimpangan menjadi lebih jauh. Pada sisi lain pengawasan sering berkonotasi tidak menyenangkan, karena dianggap mengecam kebebasan dan otonomi pribadi, padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreativitas dan sebagainya yang akhirnya merugikan organisasi sendiri, sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan.
Dalam proses pengawasan lebih banyak meliputi tindakan mencari sumber kesulitan dan mengoreksinya. Oleh sebab itu, tujuan fungsi control antara lain adalah : 1). Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan, (2). Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan atau ditetapkan. 3). Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan datang, sedang atau mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan, 4). Mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya, dan 5). Mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan
Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan control dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan dengan tindakan control sesudah terjadi penyimpangan (representative control). Melalui penerapan empat fungsi manajemen secara baik dapat dilakukan pengembangan mutu pendidikan terutama untuk pengembangan matematika. Langkah langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan matematika adalah:
1.
Menciptakan guru matematika yang bermutu.
Mutu guru terkait erat dengan penilaian masyarakat terhadap profesi guru.
Selama ini tidak banyak lulusan SLTA yang cerdas mau menjadi guru apalagi
menjadi guru matematika. Karena pofesi ini kurang menarik bagi mereka.
Undang-Undang Guru dan Dosen sebagai salah satu kebijakan yang dapat menarik
minat lulusan SLTA yang cerdas untuk menjadi guru. Satu hal yang paling penting
adalah peningatan kesejahteraan guru. Sejanjutnya
peningkatan mutu guru matematika dapat dilakukan melalui pelatihan yang terpadu,
baik melalui KKG/MGMP maupun pelatihan yang lainya
2. Melengkapi sarana dan prasarana
pembelajaran matematika.
Pengembangan
matematika tidak akan berjalan dengan baik
tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Pola pemikiran
deduktif yang ada pada matematika akan
lebih mudah dikembangkan apabila didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai.
3. Menggunakan metode belajar yang tepat.
Metode
mengajar merupakan suatu komponen di dalam kurikulum matematika. Dalam proses
belajar, mengukutsertakan siswa secara aktif dapat berjalan dengan efektif
apabila materi yang disampaikan sesuai dengan kesiapan mental siswa ( Herman,
1979:125)
4.
Menjadikan Matematika
sebagai alat pemecahan masalah.
Matematika
dalam berbagai hal dapat membantu penyelesaian masalah. Namun secara instan
kegunaan matematika masih banyak dipertanyakan, walaupun dalam pengambilan
keputusan yang strategis, pemikiran logis, serta berbagai efisiensi bagi sumber
daya manusia sangat dibutuhkan. Meskipun opini masyarakat mengatakan bahwa
matematika itu sulit, kontribusi matematika dalam menghadapi tantangan ke depan
perlu diperhatikan. Secara umum, matematika berperan dalam pengembangan sumber
daya manusia, dan untuk mengoptimalkan
SDM perlu adanya manajemen sumber daya manusia.
III. KESIMPULAN
Secara umum, ada
empat fungsi manajemen pendidikan yang sering disebut “POAC”, yaitu Planning(
Perencanaan), Organizing( Pengorganisasian), Actuating ( Pengarahan
) , dan Controlling ( Pengawasan ). Penerapan manajemen pendidikan yang baik dapat meningkatkan mutu pendidikan disekolah terutama untuk pengembangan matematika. Langkah
langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan matematika adalah:
1. Menciptakan
guru matematika yang bermutu.
2.
Melengkapi
sarana dan prasarana pembelajaran matematika.
3. Menggunakan metode belajar yang tepat.
4. Menjadikan matematika sebagai alat pemecahan
masalah
IV. SARAN
Diharapkan semua pihak yang terlibat dalam
dunia pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pemerintah dan juga siswa dapat
menjalankan fungsi manajemen dengan baik dalam upaya mengembangkan matematika
di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Faizah,
Hasnah.2009. Filsafat Ilmu.Cendikia Insani: Pekanbaru
____________.2011.
Menulis Karangan Ilmiah. Cendikia Insani: Pekanbaru.
Hudoyo,
Herman.1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan
Kelas.Usaha Nasional: Surabaya
Suriasumantri,Jujun.
1999. Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta
Dirjendikdasmen.2009.
Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta
ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP
MOTIVASI GURU
DALAM MENYUSUN RENCANA
PELAKSANAAN PENGAJARAN
SUPA’AT
Kepala SMP Negeri 4 Bantan, Bengkalis
Email : supangat98@yahoo.co.id
Abstrak
Keberhasilan
seorang guru dalam menjalankan tugasnya dapat ditinjau dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses guru
dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara
aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari
segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku sebagian besar
peserta didik kearah penguasaan kompetensi
dasar yang lebih baik. Keberhasilan dari segi proses maupun dari segi
hasil yang diperoleh oleh guru tidak terlepas dari kemampuan dan motivasi guru
dalam menyusun perencanaann, maupun
pelaksanaan dikelas.
Selama
ini motivasi guru di SMP Negeri 4 Bantan dalam membuat rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ) masih kurang. Dari jumlah guru yang ada,
persentase guru yang membuat
RPPbaru sekitar 41,2% . Rendahnya motivasi guru dalam membuat RPP salah satu penyebabnya adalah kurangnya
pemantauan langsung terhadap pelaksanaan pengajaran ( supervisi akademis)
Untuk
mengatasi hal ini kepala sekolah melakukan tindakan supervisi terhadap proses
pelaksanan pengajara. Hasilnya setelah
dilakukan tindakan selama 2 siklus persentase
jumlah guru yang membuat RPP sebesar 80,8% atau meningkat sebesar 51 % dari sebelum tindakan.
Kata Kunci :
Supervisi akademik, motivasi guru dan rencana pelaksanaan pengajaran
I.
PENDAHULUAN
Salah satu
tantangan dunia pendidikan di negara kita saat ini adalah rendahnya sumber daya
manusia. Dari tingkat pembangunan manusia tahun 2005, menempatkan Indonesia
pada urutan 110,dari Negara-negara di
dunia di bawah Vietnam ( 108 ), Thailand ( 71 ), Malaysia ( 61 ) dan Singapura
( 25 ). Khusus untuk mata pelajaran Sain
dan Matematika menurut TIMSS ( The Third International Matematic and Science
Studiy ) tahun 2000 menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Amanat dari
PP No 19 Tahun 2005,bahwa kurikulum secara diversikasi oleh satuan pendidikan (
KTSP ) yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan yang disusun oleh
BSNP. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang disusun oleh sekolah ( KTSP )
merupakan tantangan besar bagi sekolah. Pengalaman Implementasi kurikulum 2004
menunjukkan bahwa secara umum sekolah tidak mudah untuk mengambil inisiatif
dalam mengembangkan kurikulum. Kondisi dilapangan banyaknya variasi dalam
pengembangan kurikulum. Dari segi guru rasio jumlah guru terhadap jumlah murid
lebih baik dibandingkan beberapa Negara asia, yakni rata-rata ( 1 : 20 ),
sedangkan Singapura dan Vietnam ( 1:25 ), Korea ( 1:31 ) dan Philipina ( 1:35 ).
Meskipun secara rata-rata jumlah guru banyak, namun motivasi guru untuk bekerja secara profesional belum dapat mengimbangi perkembangan dunia dewasa ini
Kurangnya mendapat penghargaan baik dari
segi penghasilan maupun dari segi
starata sosial yang akhirnya dapat mengurangi semangat atau motivasi
guru dalam menjalankan tugasnya disekolah. Keberhasilan seorang guru dalam
menjalankan tugasnya dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi
proses dan segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu
melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun
sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran
yang diberikan mampu mengubah perilaku
sebagian besar peserta didik kearah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Keberhasilan dari segi proses maupun dari segi
hasil yang diperoleh oleh guru tidak terlepas dari kemampuan dan motivasi guru
dalam menyusun program perencanaan,
maupun pelaksanaan dikelas.
Menurut (Maslow dalam Uno) motivasi seseorang akan timbul salah
satunya disebabkan adanya penghargaan dari orang lain. Sedangkan motivasi itu
sendiri menurut Clark (1988) dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan
energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan,perasaan dan
emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Kegiatan workshop, MGMP dan
pertemuan–pertemuan rutin yang dilakukan oleh guru untuk membahas cara membuat
program pengajaran, khususnya membuat RPP belum sepenuhnya dapat memotivasi
guru untuk membuat RPP, Kenyataannya di SMP Negeri 4 Bantan memiliki 17 orang guru, terdiri 13 orang guru PNS dan 4
orang guru honor. Dari 17 orang guru tersebut, sewaktu mengajar sebagian besarnya belum membuat atau
menggunakan rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ) secara baik. Jumlah
guru yang membuat rencana pelaksanaan pengajaran RPP ada 7 orang ( 41,
22 %), dan jumah rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) sampai akhir tahun
pelajaran sebanyak 115 buah ( 29,8%).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh
kepala sekolah untuk meningkatkan
motivasi guru dalam membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) adalah
melalui supervisi akademik. Sesuai
dengan tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi guru dalam membuat rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ) melalui supervisi akademis
II. PEMBAHASAN.
Motivasi merupakan kemauan (willingness)
untuk mengerjakan sesuatu (Robbins dalam Uno). Kemauan tersebut tampak pada
usaha seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Seseorang yang memiliki motivasi
tinggi akan lebih keras berusaha daripada seseorang yang memiliki motivasi
rendah. Tetapi motivasi bukanlah perilaku. Ia merupakan proses internal
yang kompleks (Huse dan Bowditch dalam
Uno ) yang tidak bisa diamati secara langsung, melainkan bisa dipahami melalui kerasnya usaha seseorang dalam
mengerjakan sesuatu. Motivasi merupakan bagian dalam (innerstate)
pribadi seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu dengan
cara tertentu ( Ceto dalam Uno ). Sedangkan
yang dimaksud dengan motivasi guru adalah kemauan guru untuk mengerjakan
tugas-tugasnya .Hal demikian ini juga ditegaskan oleh ( Hoy dan Miskel Uno ).
Motivasi seorang guru bisa tinggi bisa rendah. Tinggi rendahnya motivasi kerja
seorang guru sangat mempengaruhi performansinya dalam mengerjakan
tugas-tugasnya
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi
murid-muridnya (Glickman, dalam Suliyan ). Melalui supervisi akademik
diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat
(Neagley, dalam Suliyan ). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah
ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan
dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen)
atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru,
Keberhasilan dalam menyampaikan materi pelajaran tidak terlepas dari kemampuan dan motivasi
guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ). Untuk mengembangkan proses pembelajaran yang baik, perlu
dilakukan supervisi akademik. (Neagley, dalam
Suliyan). Lokasi penelitian tindakan sekolah ini adalah SMP Negeri 4
Bantan, Sebagai Subyek penelitiannya adalah guru di SMP Negeri 4 Bantan .
Deskripsi
perencanaan tindakan
Melihat dari
masalah yang tercantum pada permasalahan ini, deskripsi perencanaan tindakan
yang dilaksanakan adalah :
1.
Mengadakan
pertemuan sesama guru untuk membahas cara membuat program
pengajaran yang dipandu oleh seorang guru senior / wakil urusan kurikulum yang
dilaksanakan pada awal tahun pelajaran.
2.
Mengidentifikasi
jumlah RPP yang idiel harus dibuat oleh guru.
3.
Melaksanakan
supervisi kedalam kelas oleh kepala sekolah atau dibantu oleh wakil kuriklum.
4.
Memberikan
surat keterangan di akhir semester kepada guru yang sudah membuat rencana
pelaksanaan pengajaran. Bagi guru yang
belum siap menyelesaikan program pengajarannya belum diberikan surat
keterangannya sampai yang bersangkutan menyelesaikan rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ).
Tahapan Operasional
1.
Semua
guru dibimbing dan diarahkan untuk
membuat program pengajaran yang meliputi program tahunan, program semester,
silabus, RPP
2.
Membuat
jadwal supervisi akademik terhadap semua guru yang mengajar dikelas.
3.
Melaksanakan
supervisi terhadap pelaksanaan pengajaran dikelas secara rutin, serta memeriksa
rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) terhadap guru yang disupervisi.
4.
Mengadakan
konsultasi pembinaan terhadap guru yang
telah disupervisi untuk penyempurnaan pengajaran.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan melalui dua siklus, dan
masing masing siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Tahapan kegiatan pada siklus I adalah : Perencanaan, setelah peneliti mengamati masih rendahnya motivasi guru
dalam membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) sewaktu mau mengajar
dikelas, maka peneliti membuat suatu perencanaan dalam bentuk supervisi
akademis. Selama proses perencanaan peneliti melakukan beberapa tindakan, yaitu
:
1.
Mengadakan rapat majlis guru yang membahas masalah
tentang , masih rendahnya persentase
guru yang membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ), serta program yang
akan dilakukan oleh peneliti tentang supervisi dikelas
2.
Semua guru dibimbing dalam membuat program pengajaran
dengan berpedoman pada kalender pendidikan dan standar isi
3.
Melalui rapat majlis guru, peneliti menyampaikan aspek-aspek yang akan diamati
selama proses supervisi dan mengecek
kesiapan masing-masing guru untuk dilakukan supervisi.
4.
Peneliti membuat jadwal supervisi berdasarkan kesepakatan
dari semua guru yang akan disupervisi.
5.
Pelaksanaan supervisi
siklus I dilakukan pada bulan September 2010 untuk 8 orang guru. Sedangkan untuk guru
yang belum disupervisi, dilakukan pemeriksaan terhadap rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ) yang disusun oleh masing –masing guru
Langkah
selanjutnya setelah perencanaan, adalah
pelaksanaan supervisi akademis. Bersama dengan guru peneliti masuk kelas sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati untuk mengamati proses pengajaran. Selain
mengamati proses pengajaran, peneliti juga memeriksa rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ) yang telah dibuat oleh guru. Setelah selesai proses
pengajaran, peneliti mengajak guru yang
disupervisi untuk membahas tentang
pelaksanaan pengajaran yang sudah dikalukan.
Observasi, Setelah
dikalukan supervisi untuk 8 orang guru, peneliti melakukan observasi terhadap
hasil pelaksanaan supervisi. Sedangkan untuk guru yang belum disupervisi ,
dilakukan observasi terhadap rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah
disusunnya. Dari 17 orang guru, ada 10 orang guru yang belum membuat rencana
pelaksanaan pengajaran ( RPP ) sewaktu mengajar. Sedangkan banyaknya rencana pelaksanaan
pengajaran ( RPP ) yang telah disusun 100 buah dari 386 buah rencana
pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang harus disusun pada semester I tahun pelajaran 2010/2011
Refleksi,
Pada rapat majlis guru pada akhir bulan
September, peneliti menyampaikan kondisi dari hasil observasi terhadap
pelakanaan supervisi yang telah dilakukan. Masing-masing guru diberikan
kesempatan untuk menyampaikan permasalahan permasalahan sehubungan dengan
pelaksanaan supervisi. Dari tanggapan guru, masih sedikitnya rencana
pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang
telah disusun, disebabkan oleh pengaruh waktu, dan keterbatasan kemampuan untuk menulis dengan komputer. Selain itu guru juga
belum terbiasa disupervisi, dan
pelaksanaan supervisi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari.
Hasil refleksi dari siklus I dijadikan acuan untuk
penyusunan perencanaan pada siklus II. Perencanaan pada siklus II adalah :
1.
Guru yang akan disupervisi terlebih dahulu dibimbing dan
ditanyakan kesiapannya untuk disupervisi
2.
Pelaksanaan supervisi
siklus II dilakukan pada bulan Oktober
2010 untuk 8 orang guru. Sedangkan untuk guru yang tidak disupervisi
pada siklus II, di periksa masing-masing
rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah disusunnya
3.
Pelaksanaan Seperti
pada siklus I, pelaksanaan supervisi dilakukan oleh peneliti. Bersama guru peneliti masuk kelas sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati untuk mengamati proses pengajaran. Selain mengamati
proses pengajaran, peneliti juga memeriksa rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP
) yang telah dibuat oleh guru yang disupervisi. Setelah selesai proses
pengajaran, peneliti mengajak guru yang
disupervisi untuk membahas tentang
pelaksanaan pengajaran yang sudah dikalukan.
4.
Observasi Setelah dikalukan supervisi untuk 8 orang guru,
peneliti melakukan observasi terhadap hasil pelaksanaan supervisi, dan
observasi terhadap rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah
disusunnya. Dari 17 orang guru, hanya 1 orang yang belum memiliki rencana pengajaran sewaktu mengajar. Sedangkan jumlah rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) yang telah
disusun untuk satu semester sudah mencapai 312 buah ( 80,8%).
5. Refleksi Pada rapat majlis guru pada pertengahan
bulan Oktober , peneliti menyampaikan
kondisi dari hasil observasi terhadap pelakanaan supervisi yang telah
dilakukan. Masing-masing guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan
permasalahan permasalahan sehubungan dengan pelaksanaan supervisi. Adanya RPP
yang belum dibuat oleh guru akan disiapkan semuanya sampai awal November 2010 (
sebelum pelaksanaan ujian semester )
Setelah
dilakukan supervisi terhadap guru selama dua siklus, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Guru dapat menyelesaikan tugas pokoknya
dengan baik. Apa yang
dilakukan didalam kelas telah direncanakan RPP. Sehingga berdampak positif terhadap ketuntasan
belajar , target pencapaian kurikulum
dan mutu pendidikan.
2. Guru termotivasi untuk membuat rencana
pelaksanaan pengajaran, karena apa yang dikerjakan diperhatikan dan dihargai
oleh orang lain. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan jumlah guru yang membuat
RPP, sebelum dan sesudah dilakukan supervisi . Perbandingan jumlah guru
maupun jumlah RPP yang telah dibuat sebelum dan sesudah dilakukan
supervisi dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel
perbandingan jumlah guru dan jumlah RPP sebelum dan sesudah supervisi:
|
Guru yang membuat RPP
|
RPP Yang telah dibuat
|
||
Jumlah
( orang )
|
Persentase
( % )
|
Jumlah
( RPP )
|
Persentase
( % )
|
|
Sebelum dilakukan supervisi
|
7
|
41,2
|
115
|
29,8
|
Setelah dilakukan supervisi
|
16
|
94,1
|
312
|
80,8
|
Sesuai dengan salah satu tujuan dari
supervisi yaitu bertujuan
untuk meningkatkan kemauan (willingness)
atau motivasi (motivation) guru dalam mengajar, dan menyiapkan perangkat
mengajar dalam hal ini RPP,maka dari tabel diatas terlihat perbandingan jumlah guru yang membuat RPP sebelum
dan sesudah supervisi.
Jika dipersentasekan jumlah guru yang membuat RPP secara keseluruhan sebelum dilakukan supervisi
41,2% , sedangkan jumlah guru RPP setelah dilakukan supervisi 94,1%. Terjadi
kenaikan persentase guru yang membuat RPP sebesar 52%. Sedangkan persentase jumlah RPP yang telah dibuat oleh guru sebelum
dilakukan supervisi untuk 1 ( satu semester )
adalah 29,8% dan setelah dilakukan supervisi 80,8%. Terjadi kenaikan
persentase jumlah RPP sebesar 51%.
III. SESIMPULAN
Setelah dilakukan supervisi akademis , guru
memiliki motivasi untuk membuat rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) dalam
mengajar.Hal ini dapat dilihat dari perbandingan persentase jumlah guru yang
membuat RPP maupun jumlah RPP yang telah dibuat
sebelum dan sesudah dilakukan supervisi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjendikdasmen.2009.
Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta
Mulyasa, 2010,.Menjadi
Guru Profesional, Bandung, Rosda
Permen Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses Pelaksanaan
Pembelajaran, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional.
Rooijakkers, 1991, Mengajar
dengan Sukses,
Jakarta,Gramedia
Sullivan, S
& Glanz, J. 2005. Supervision that
Improves Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks, California:
Corwin Press.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta,
Departemen Pendidikan Nasional.
Uno, B, Hamzah, 2010,Teori Motivasi dan
Pengukurannya,Jakarta , Bumi
Aksara,
Wiles, J. dan J. Bondi. 1986. Supervision: A Guide to Practice .
Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company
Langganan:
Postingan (Atom)